RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )
– 1 –
Sekolah : ......................................
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA
o Standar Kompetensi : 6. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
o Kompetensi dasar : 6.1. mengidentifikasi jenis-jenis gaya, penjumlahan gaya dan
pengaruhnya pada suatu benda yang dikenai gaya
o Indikator :
1. Melukiskan dengan cermat penjumlahan gaya dan selisih gaya-gaya segaris baik yang searah maupun berlawanan.
2. Menunjukkan jenis-jenis gaya dengan benar
3. Melukiskan dengan cermat resultan gaya yang searah dan segaris.
4. Melukiskan dengan tepat resultan gaya yang berlawanan arah dan segaris
5. Membedakan dengan cermat besar gaya gesekan pada berbagai permukaan yang berbeda kekasarannya yaitu pada permukaan benda yang licin, agak kasar, dan kasar
6. Menunjukkan dengan benar beberapa contoh adanya gaya gesekan yang menguntungkan dan gaya gesekan yang merugikan
7. Membandingkan berat dan massa suatu benda dengan teliti
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik dapat mencari resultan gaya yang bekerja pada benda
2. Peserta didik dapat mendeskripsikan konsep gaya gesekan
3. Peserta didik dapat membedakan berat dan masa suatu benda.
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Resultan gaya
2. Gaya gesekan
3. Gaya gesekan yang menguntungkan dan merugikan
4. Berat dan massa
C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Kooperatif learning : Direct Instruction (DI)
Metode : Demonstrasi / percobaan, diskusi kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Mendorong meja untuk menunjukkan bahwa bergeraknya meja karena adanya gaya.
- Motivasi : Dorongan itu sama dengan apa ?
2. Kegiatan Inti :
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal siswa melalui Tanya jawab tentang gaya.
b. Melalui gambar guru menginformasikan gaya-gaya yang bekerja secara proporsional ( searah dan berlawanan arah )
c. Guru menginformasikan dan menggambarkan resultan gaya searah dan berlawanan arah dan rumus resultan gaya.
d. Siswa diminta berkelompok kooperatif untuk mengukur gaya dengan menggunakan neraca pegas, menggambarkan gaya dan resultan gaya serta menghitung resultan gaya dengan menggunaklan rumus resultan gaya berdasarkan informasi guru dan LKS.
e. Guru meminta satu , dua kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya dan ditanggapi oleh kelompok siswa lain.
3. Kegiatan penutup
- Guru beserta peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
- Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran
- Guru memberikan penghargaan pada kelompok siswa yang pekerjaannya baik
- Guru melakukan tes tertulis untuk mendapatkan penilaian penguasaan konsep.
- Guru memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya.
Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Guru menanyakan lagi tentang pengertian gaya
- Motivasi : Sebutkan jenis – jenis gaya ?
2. Kegiatan Inti :
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal siswa melalui Tanya jawab tentang gaya.gesekan
b. Guru mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooperatif
c. Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan dengan menggunakan balok yang diluncurkan di atas meja untuk menunjukkan adanya gaya gesekan antara balok dan meja.
d. Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan dengan menggunakan balok yang diluncurkan di atas permukaan kasar dan licin yang ditarik dengan neraca pegas di atas meja untuk menunjukkan bahwa semakin licin permukaan balok semakin gaya gesekannya.
e. Guru berkeliling untuk membeimbing setiap kelompok sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok.
f. Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobannya dan guru melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.
3. Kegiatan penutup
- Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman / kesimpulan
- Guru memberikan penghargaan pada kelompok terbaik
- Guru melakukan tes tertulis untuk mendapatkan penilaian penguasaan konsep
E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket IPA
2. neraca Pegas
3. Macam-macam beban
4. balok kayu yang permukaannya kasar, licin
5. meja
6. LKS
F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes tertulis
b. Tes unjuk kerja
2. Bentuk instrument
a. Tes pilihan ganda dan isian sinkat
b. Uji petik prosedur
3. Contoh Instrumen :
- PG
1. Dua orang anak mendorong sebuah meja dengan arah yang sama, masing-masing anak gayanya 10 N dan 20 N. Besar resultan kedua gaya tersebut …..
a. 2 N b. 10 N c. 20 N d. 30 N
kunci : d
Instrumen isian singkat :
Jelaskan mengapa balok dengan permukaan licin yang ditarik dengan sebuah neraca pegas lebih cepat dibandingkan dengan balok permukaan kasar ?
Jawab ;
Karena permukaan balok dengan permukaan licin gaya geseknya kecil
Uji Petik Prosedur :
Lembar penilaian presentasi tiap kelompok ; menggambarkan arah gaya dan resultan
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Cara melukiskan arah gaya
3 Cara mengukur besarnya gaya dengan menggunakan neraca pegas
4 Cara menjumlahkan resultan gaya
Jumlah Rata-rata
Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Mengetahui :
Kepala SMP .........................
...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,
............................................
NIP. ....................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 2 -
Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA
o Standar Kompetensi : 6. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
o Kompetensi dasar : 6.2 Menerapkan hukum Newton untuk menjelaskan berbagai
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari
o Indikator :
1. Mendemonstrasikan dengan benar hukum I Newton secara sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
2. Mendemonstrasikan dengan benar hukum II Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
3. Mendemonstrasikan dengan benar hukum III Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu melakukan percobaan tentang hokum Newton
2. Peserta didik mampu mengaplikasikan hokum Newton dalam kehidupan sehari-hari
B. MATERI PEMBELAJARAN
- Hukum Newton
C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Kooperatif learning : Direct Inmstruction (DI)
Metode : - Demonstrasi / percobaan, diskusi kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan tentang konsep gaya
- Motivasi : Apa yang terjadi ketika anda menaiki sebuah kendaraan tiba-tiba direm atau digas mendadak ?
2. Kegiatan Inti :
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal peserta didik melalui Tanya jawab tentang gaya kaitannya dengan hokum Newton
b. Peserta didik mendemonstrasikan percobaan tentang hukum Newton I dengan menarik kertas yang diatasnya diletakkan penghapus secara perlahan dan secara cepat.
c. Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya
d. Peserta didik mendemonstrasikan percobaan tentang hokum Newton II dengan menarik balok di atas meja oleh neraca pegas, dan membiarkan balok diam di atas meja.
e. Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya.
3. Kegiatan penutup
1. Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran
3. Guru memberikan penghargaan pada peserta didik yang aktif
4. Guru melakukan tes
5. Guru menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya dengan memberi tugas
Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan kembalio tentang hokum Newton I dan II
- Motivasi : Mengapa kalau mobil bertabrakan dua-duanya rusak ?
2. Kegiatan Inti :
a. Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal siswa melalui Tanya jawab
b. Guru meminta peserta didik untuk melemparkan bola ke tembok dan peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya
c. Guru melakukan Tanya jawab tentang penerapan hukum Newton
3. Kegiatan penutup
a. Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.]
b. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran
c. Guru melakukan tes.
E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket IPA
2. Neraca Pegas
3. Balok , bola
4. LKS
F. PENILAIAN
b. Tes Penilaian
i. Tes unjuk kerja
ii. Tes tertulis
c. Bentuk instrument
i. Tes Unjuk kerja
ii. Tes tulis
d. Contoh Instrumen :
- Tes unjuk kerja
Demonstrasikan tentang hukum Newton I dan jelaskan !
- Tes tulis
Sebutkan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hukum 3 newton !
Penilaian tes unjuk kerja
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Kemampuan menyampaikan informasi
3 Kemampuan menjawab pertanyaan
4 Kebenaran konsep
Jumlah Rata-rata
Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Mengetahui :
Kepala SMP .........................
...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,
............................................
NIP. ....................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 3 -
Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA
o Standar Kompetensi : 6. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
o Kompetensi dasar : 6.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip “Usaha dan Energi” serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
o Indikator :
1. Menunjukkan dengan cermat bentuk – bentuk energi dan contohnya dalam kehidupan sehari – hari.
2. Mengaplikasikan dengan sungguh-sungguh konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari – hari.
3. Membedakan dengan benar konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda yang bergerak.
4. Mengenalkan dengan baik hukum kekekalan energi melalui contoh alam kehidupan sehari – hari.
5. Menjelaskan dengan benar kaitan antara energi dan usaha.
6. Menunjukkan dengan benar penerapan daya dalam kehidupan sehari - hari
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu mengidentifikasi bentuk – bentuk energi melalui pengamatan.
2. Peserta didik mampu membedakan energi kinetic dan energi potensial melalui pengamatan.
3. Peserta didik mampu memaparkan kaitan usaha energi dan gaya.
B. MATERI PEMBELAJARAN
- Bentuk – bentuk energi dan perubahannya
- Hukum kekekalan energi
- Usaha
- Gaya
C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)
PBI
Metode : - Demonstrasi
- Diskusi
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Guru menanyakan tentang usaha, energi, dan daya
- Motivasi : Bagaimana usaha, energi, dan daya ditinjau dari fisika ?
2. Kegiatan Inti :
a. Peserta didik membaca literature tentang energi dan mengisi LKS
b. Peserta didik mengidentifikasi konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari – hari.
c. Peserta didik membedakan konsep energi potensial dan energi kinetic pada suatu benda yang bergerak, pada peristiwa buah kelapa jatuh.
3. Kegiatan penutup
1. Guru membimbing peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep.
3. Guru melakukan tes lisan dna tes tulis.
Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan kembali perubahan energi
- Motivasi : Apakah energi itu kekal ?
2. Kegiatan Inti :
a. Peserta didik mendiskusikan perubahan perubahan energi pada kelapa jatuh yang mencirikan bahwa energi kekal.
b. Peserta didik membaca literature kaitan energi dan usaha.
c. Peserta didik membaca literature tentang daya
d. Peserta didik mengidentifikasi penerapan daya dalam kehidupan sehari – hari.
3. Kegiatan penutup
a. Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan.
b. Guru memberikan pengembangan konsep.
c. Guru melakukan tes tulis.
E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket IPA
2. LKS
F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
b. Tes Lisan
2. Bentuk instrument
a. Daftar Pertanyaan
b. Tes Uraian
3. Contoh Instrumen :
a. Test Lisan
Apakah yang kamu ketahui tentang bentuk – bentuk energi ?
Jawaban : Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha bentuk-bentuk energi dalam kehidupan adalah energi listrik, energi cahaya, energi kimia, dst.
b. Apakah perbedaan antara energi dan usaha ?
Jawaban : Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha sedangkan usaha adalah transfer energi melalui gaya.
Penilaian tes unjuk kerja
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Kemampuan menyampaikan informasi
3 Kemampuan menjawab pertanyaan
4 Kebenaran konsep
Jumlah Rata-rata
Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Mengetahui :
Kepala SMP .........................
...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,
............................................
NIP. ....................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : …………………..
Kelas : VIII (Delapan)
Mata Pelajaran : IPA FISIKA
I. Standar Kompetensi
5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.
II. Kompetensi Dasar
5.4. Melakukan percobaan tentang pesawat sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
III. Indikator
1. Menunjukkan dengan benar penggunaan beberapa pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya tuas (pengungkit), katrol tunggal baik yang tetap maupun yang bergerak, bidang miring, dan roda gigi (gear).
2. Menyelesaikan masalah secara kuantitatif sederhana yang berhubungan dengan pesawat sederhana dengan benar
IV. KKM : 65
V. Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )
VI. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian pesawat sederhana.
2. Menyebutkan pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjelaskan mekanisme pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menyebutkan macam-macam tuas.
5. Menjelaskan prinsip kerja tuas.
6. Menjelaskan keuntungan mekanik tuas.
7. Menjelaskan keuntungan mekanik katrol.
8. Menjelaskan prinsip kerja bidang miring.
9. Menjelaskan keuntungan mekanik bidang miring.
10. Menyebutkan contoh pemanfaatan bidang miring dalam kehidupan sehari-hari.
11. Menyelidiki bidang miring pada sekrup.
12. Menjelaskan prinsip kerja roda gigi (gir).
VII. Materi Pembelajaran
Pesawat sederhana:
a. Tuas/ Pengungkit
b. Bidang miring
c. Katrol
Katrol Tetap Katrol bergerak
VIII. Metode Pembelajaran
1. Model : - Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
2. Metode : - Diskusi kelompok
- Eksperimen
- Observasi
- Ceramah
IX. Langkah-langkah Kegiatan
PERTEMUAN PERTAMA
a. Kegiatan Pendahuluan
• Motivasi dan Apersepsi:
- Benarkah yang disebut pesawat harus selalu peralatan rumit dan menggunakan teknologi tinggi?
- Bagaimana menghitung keuntungan mekanik sistem katrol?
• Prasyarat pengetahuan:
- Apakah yang dimaksud dengan pesawat sederhana?
- Apakah yang dimaksud dengan keuntungan mekanik?
• Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan alat dan bahan praktikum.
b. Kegiatan Inti
• Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
• Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian pesawat sederhana.
• Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
• Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil sebilah papan yang kuat sepanjang 1 m, sebuah beban bermassa kira-kira 10 kg, kayu berbentuk prisma segitiga, dan sebuah neraca pegas dengan skala terbesar 500 N.
• Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen mengamati prinsip kerja tuas (Kegiatan 2.7 h.44).
• Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru.
• Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
• Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai macam-macam tuas berdasarkan susunan kuasa, penumpu, dan beban.
• Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan prinsip kerja tuas.
• Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.
• Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.
• Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan keuntungan mekanik tuas.
• Peserta didik memperhatikan prinsip kerja katrol yang disampaikan oleh guru.
• Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan keuntungan mekanik katrol.
• Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan keuntungan mekanik tuas dan katrol.
• Guru memberikan beberapa soal menentukan keuntungan mekanik tuas dan katrol untuk dikerjakan oleh peserta didik.
• Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan
c. Kegiatan Penutup
• Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
• Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
• Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
PERTEMUAN KEDUA
a. Kegiatan Pendahuluan
• Motivasi dan Apersepsi:
- Benarkah dengan menggunakan bidang miring, gaya dorong yang dibutuhkan menjadi lebih kecil daripada berat beban?
- Adakah pesawat sederhana yang dapat menggandakan gerakan?
• Prasyarat pengetahuan:
- Bagaimana prinsip kerja bidang miring?
- Bagaimana prinsip kerja roda gigi (gir)?
• Pra eksperimen:
- Berhati-hatilah menggunakan alat dan bahan praktikum.
b. Kegiatan Inti
• Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
• Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil selembar kertas, gunting, dan pensil.
• Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen menyelidiki bidang miring pada sekrup (Kegiatan 2.10 h.50).
• Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru.
• Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
• Peserta didik memperhatikan prinsip kerja bidang miring yang disampaikan oleh guru.
• Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan keuntungan mekanik bidang miring.
• Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan keuntungan mekanik bidang miring.
• Guru memberikan beberapa soal menentukan keuntungan mekanik bidang miring untuk dikerjakan oleh peserta didik.
• Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih ada peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
• Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai pemanfaatan bidang miring dalam kehidupan sehari-hari.
• Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.
• Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.
• Peserta didik memperhatikan prinsip kerja roda gigi (gir) yang disampaikan oleh guru.
c. Kegiatan Penutup
• Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
• Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
• Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
VIII. Sumber Belajar
a. Buku IPA Fisika Jl.2 halaman 43-58
b. Buku referensi yang relevan
c. Lingkungan
d. Alat dan bahan praktikum
IX. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik Penilaian:
Tes unjuk kerja
Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen:
- Uji petik kerja prosedur
- Tes uraian
c. Contoh Instrumen:
- Contoh tes uraian
Seseorang hanya mampu mengangkat benda dengan gaya 60 N. Tentukan berat beban yang sanggup ia angkat, jika:
a. menggunakan satu katrol tetap
b. menggunakan satu katrol bergerak
Mengetahui :
Kepala SMP .........................
...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,
............................................
NIP. ....................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 4 -
Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA
o Standar Kompetensi : 6. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
o Kompetensi dasar : 6.4 Menyelidiki tekanan pada benda cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
o Indikator :
1. Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang dikenai gaya melalui percobaan dengan tepat
2. Mengaplikasi dengan tepat prisip bejana berhubungan
3. Mendeskripsikan dengan benar hukum Pascal dan hukum Archimides melalui percobaan sederhana.
4. Menunjukan dengan benar beberapa produk teknologi yang berhubungan dengan konsep benda terapung, melayang dan tenggelam.
5. Mengaplikasikan dengan benar konsep tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam.
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu memaparkan teori tentang tekanan melalui study pustaka.
2. Peserta didik mampu merancang percobaan sederhana untuk menyelidiki tekanan.
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Tekanan oleh zat padat
2. Tekanan Hidrostatis
3. Prinsip pascal
4. Hukum Archimides
5. Tekanan udara
C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)
Metode : - Demonstrasi
- Diskusi
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan mengenai tekanan
- Motivasi : Apa yang terjadi jika sepatu wanita berhak lancip dan sepatu pria berhak lebar berada diatas tanah lembek.
2. Kegiatan Inti :
o Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal tentang tekanan.
o Guru mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan sederhana untuk mengidentifikasi tekanan pada benda yang permukaannya kecil dan benda yang permukaannya besar.
o Guru membimbing setiap kelompok sambil melakukan penilaian kinerja.
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaan.
3. Kegiatan penutup
o Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
o Guru memberikan pengembangan konsep.
o Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran.
o Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik.
o Memberikan tes tulis untuk mengukur penguasaan konsep.
Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali tentang hubungan gaya, tekanan, dan luas bidang tekan.
o Motivasi : Mengapa benda yang permukaannya kecil, tekanannya lebih besar ?
2. Kegiatan Inti :
o Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan peserta didik melalui tanya jawab tentang Tekanan Hidrostatis dan prinsip hukum Pascal.
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan tekanan hidrostatis.
o Membimbing setiap kelompok sambil melakukan penilaian kelompok
3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Memberikan pengembangan konsep.
3. Membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.
E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket Siswa
2. Paku besar
3. Model Bejana Berhubungan
F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
b. Tes Unjuk Kerja
2. Bentuk instrument
a. Isian singkat
b. Uji petik kerja prosedur atau produk
3. Contoh Instrumen :
a. Instrumen singkat
1. Manakah yang lebih besar tekanannya jika pria dan wanita bersepatu dangan berat tubuh sama berada diatas tanah yang lembek?Jelaskan
Jawab : Wanita bersepatu, karena biasanya hak sepatu wanita alasnya lebih kecil (runcing)
2. Apakah yang harus diperbesar pada paku tumpul, apabila ingin masuk kedalam kayu dengan kedalaman sama dengan paku runcing.
Jawab : tekanannya (pukulan lebih keras)
b. Uji petik prosedur : Sebuah kaleng dilubangi vertical (3 lubang), kemudian diisi air :
- Bandingkan tekanan air dari ke 3 lubang.
- Mengapa lubang paling bawah, tekanannya paling besar.
Lembar penilaian presentasi.
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
1 2 3 4
1 Persiapan umum
2 Kemampuan menyampaikan informasi
3 Kemampuan menjawab pertanyaan
4 Kemampuan menyimpulkan
5 Kemampuan menghargai pendapat orang lain
6 Kebenaran konsep
Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Uji Petik prosedur dan produk
Mengidentifikasi Tekanan Hidrostatis pada Bejana Berhubungan Lembar penilaian presentasi.
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
4 3 2 1
1 Persiapan
2 Mengukur air di bejana
3 Cara pemasangan
4 Cara menghitung tekanan
5 Prosedur akhir (laporan)
Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Mengetahui :
Kepala SMP .........................
...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,
............................................
NIP. ....................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 5 -
Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA
o Standar Kompetensi : 7. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
o Kompetensi dasar : 7.1 Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya.
o Indikator :
1. Mengidentifikasikan dengan benar getaran pada kehidupan sehari-hari.
2. menghitung dengan benar perioda dan frekuensi suatu getaran.
3. Membedakan dengan benar karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal.
4. Menghitung dengan teliti frekuensi gelombang dengan menggunakan hubungan antara kecepatan rambat gelombang, frekuensi dan panjang gelombang
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu merancang percobaan untuk menyelidiki getaran
2. Peserta didik mampu mempraktikkan pengertian getaran
3. Peserta didik mampu mempraktikan gelombang longitudinal dan gelombang transversal
4. Peserta didik mampu merumuskan hubungan antara cepat rambat gelombang, frekuensi
dan panjang gelombang.
B. MATERI PEMBELAJARAN
GETARAN DAN GELOMBANG
1. Pertemuan 1 : Pengertian getaran, frekuensi getaran dan periode getaran
2. Pertemuan 2 : Gelombang, Macam-macam gelombang, hubungan antara V, dan f
C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)
Metode : - Demonstrasi / percobaan
- Diskusi Kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Guru bertanya kepada siswa tentang getaran
- Motivasi : Guru meminta siswa menyentuh unjung jari pada tenggorokan saat
berbicara, apa yang dirasakan ?
2. Kegiatan Inti :
o Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal tentang getaran
o Guru mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk mengidentifikasi getaran
o Guru berkeliling untuk membimbing setiap kelompok sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok.
o Melalui percobaan peserta didik mampu menghitung hubungan antara periode dan frekuensi getaran, sebelumnya dengan dibimbing guru, mpeserta didik memahami rumus hubungan antara periode dan frekuensi.
o Setiap kelompok mempresentasikan hasil percobaannya dan guru melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.
3. Kegiatan penutup
o Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
o Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
o Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran.
o Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik.
o Memberikan tes tulis untuk mengukur penguasaan konsep.
o Guru memberikan tugas rumah (PR)
Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali tentang konsep getaran
o Motivasi : Bertanya kepada siswa , Apa yang terjadi apabila air yang tenang dilempar batu ?
2. Kegiatan Inti :
o Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan peserta didik .
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk mengidentifikasi gelombang.
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaannya dan melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.
3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
3. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.
6. Guru memberikan tugas pekerjaan rumah.
E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket Siswa IPA FISIKA KLS VIII
2. Statif, klem, benang, bandul, pegas, stop watch.
F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
b. Tes Unjuk Kerja
2. Bentuk instrument
c. PG dan Isian singkat
d. Uji petik kerja prosedur atau produk
Lembar penilaian presentasi.
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
1 2 3 4
1 Persiapan umum
2 Kemampuan menyampaikan informasi
3 Kemampuan menjawab pertanyaan
4 Kemampuan menyimpulkan
5 Kemampuan menghargai pendapat orang lain
6 Kebenaran konsep
Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Uji Petik prosedur dan produk
Mengidentifikasi Getaran
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
4 3 2 1
1 Persiapan
2
3
4
5
Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Mengetahui :
Kepala SMP .........................
...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,
............................................
NIP. ....................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 6 -
Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA
o Standar Kompetensi : 7. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
o Kompetensi dasar : 7.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari.
o Indikator :
1. Membedakan infrasonik, ultrasonik dan audiosonik dengan benar
2. Membuktikan dengan benar terjadinya gelombang bunyi
3. menunjukkan dengan benar gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari
4. Memberikan contoh dengan cermat pemanfaatan dan dampak pemantulan bunyi dalam dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu memahami pengertian bunyi, frekuensi bunyi dan karakteristik
gelombang bunyi.
2. Peserta didik mampu pemenfaatan dan dampak dari sifat gelombang bunyi
B. MATERI PEMBELAJARAN
- Pengertian bunyi
- Frekuensi bunyi
- Karakteristik bunyi
- Resonansi ( resonansi pada ayunan, alat yang bekerja berdasarkan resonansi )
- Pemantulan bunyi ( macam-macam bunyi pantul, cepat rambat bunyi, pemanfaatan
pemantulan bunyi.)
C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)
Metode : - Demonstrasi / percobaan
- Diskusi Kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Guru menanyakan kembali tentang getaran dan gelombang.
Motivasi : Mengapa kelelawar yang terbang di malam hari tidak pernah bertabrakan
dengan benda-benda yang dibawahnya ?
2. Kegiatan Inti :
o Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal tentang bunyi
o Berdiskusi dengan peserta didik tentang perbedaan infrasonic, ultrasonic, audiosonik dan karakteristik gelombang bunyi.
o Memberikan pembelajaran langsung tentang hubungan antara cepat rambat bunyi, jarak tempuh, dan waktu tempuh, dan meminta peserta bdidik untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
o Meminta salah seorang peserta didik menuliskan pekerjaannya di papan tulis, dan ditanggapi oleh peserta didik lain. Guru memastikan seluruh siswa telah mengetahui jawaban yang benar.
3. Kegiatan penutup
o Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
o Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
o Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran.
o Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik.
o Memberikan tes tulis untuk mengukur penguasaan konsep.
o Guru memberikan tugas rumah (PR)
Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali tentang konsep bunyi
o Motivasi : Mengapa waktu terdengar bunyi guntur atau ledakan yang kuat dekat rumah, kaca jendela bergetar ?
2. Kegiatan Inti :
o Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal peserta didik melalui Tanya jawab tentang bunyi.
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk memahami gejala resonansi.
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk memahami pemantulan gelombang bunyi.
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaannya dan melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.
3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
3. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.
E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket Siswa IPA FISIKA KLS VIII
2. Bandul, tali, statif, kawat
3. Jam meja, gulungan karton, busur derajat, papan kayu, dinding pemantul.
F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
b. Tes Unjuk Kerja
2. Bentuk instrument
a. Uraian singkat
b. Uji petik kerja prosedur atau produk
3. Contoh instrument :
1. Jelaskan perbedaan antara audiosonik, infrasonik dan ultrasonic !
Kunci :
Audiosonik : adalah bunyi yang dapat didengar manusia dengan frekuensi berkisar antara
20 Hz – 20.000 Hz.
Infrasonik : adalah bunyi yang sangat rendah, tidak dapat didengar oleh manusia, dengan
frekuensi di bawah 20 Hz.
Ultrasonik : adalah bunyi yang sangat tinggi, tidak dapat didengar oleh manusia, dengan
Frekuensi di atas 20.000 Hz.
- Instrument uji petik kerja prosedur :
Topik kegiatan : Resonansi dan ayunan
Hari / Tanggal :
Nama Siswa :
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
4 3 2 1
1 Cara merangkai alat dan bahan
2 Cara mengayunkan bandul
3 Kebenaran membuat data hasil eksperimen
4 Kemampuan membuat kesimpulan
Rata-rata
Kriteria
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Sangat Baik
Mengetahui :
Kepala SMP .........................
...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,
............................................
NIP. ....................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 7 -
Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA
o Standar Kompetensi : 7. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
o Kompetensi dasar : 7.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan
berbagai bentuk cermin dan lensa.
o Indikator
:
1. Merancang dan melakukan percobaan dengan benar untuk menunjukikan sifat-sifat perambatan cahaya
2. Menjelaskan dengan benar hukum pemantulan yang diperoleh melalui percobaan
3. Menjelaskan dengan benar hukum pembiasan yang diperoleh berdasarkan percobaan
4. Mendeskripsikan dengan benar proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung.
5. Mendeskripsikan dengan benar proses pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 6 x 40 menit ( 3 kali pertemuan )
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik mampu merancang percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat perambatan cahaya
2. Peserta didik mampu melakukan percobaan untuk menjelaskan hukum pemantulan dan hukum pembiasan.
3. Peserta didik mampu melakukan percobaan untuk menyelidiki sifat-sifat bayangan pada cermin dan pada lensa.
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Materi Pokok : CAHAYA ( OPTIK GEOMETRIK )
2. SUB MATERI POKOK :
a. Cahaya merambat lurus
a. Pemantulan cahaya
- Hukum pemantulan cahaya
- Cermin datar
- Pemantulan cahaya pada cermin lengkung
- Pembentukan bayangan pada cermin lengkung
c. Pembiasan cahaya
- Hukum pembiasan cahaya
- Pembisan cahaya pada lensa lengkung
- Pembentukan bayangan pada lensa lengkung
C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)
Metode : - Demonstrasi / percobaan
- Diskusi Kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan mengenai cahaya
- Motivasi : Bagaimana perambatan cahaya sehingga cahaya matahari bias sampai ke
bumi ?
2. Kegiatan Inti :
o Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal tentang cahaya
o Guru mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kooperatif.
o Secara kelompok peserta didik melakukan percobaan untuk membuktikan bahwa cahaya merambat lurus.
o Secara kelompok peserta didik melakukan percobaan untuk menemukan hukum pemantulan cahaya.
o Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil percobannya dan guru melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.
3. Kegiatan penutup
o Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
o Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
o Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran.
o Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik.
o Memberikan tes tulis untuk mengukur penguasaan konsep.
o Guru memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya tiap kelompok membawa 2 cermin datar yang berukuran sama, penggaris, jangka, lampu senter / lilin.
Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali hukum pemantulan cahaya
o Motivasi : - Ada berapakah bayangan seorang yang bercermin di depan 2 cermin
datar yang saling tegak lurus ?
- Apa yang kamu lihat ketika bercermin di depan sendok ?
- Mengapa wajahmu di dalam sendok tampak lebih besar ?
2. Kegiatan Inti :
o Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal peserta didik melalui Tanya jawab tentang pemantulan cahaya.
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk mendapatkan bayangan yang dibentuk oleh 2 buah cermin datar dengan sudut yang berbeda-beda.
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan pemantulan pada cermin cekung dan cermin cembung
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaannya dan melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.
3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
3. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.
Pertemuan ketiga :
1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali pemantulan cahaya pada cermin lengkung
( cembung dan cekung )
Motivasi : - Mengapa sehabis hujan sering kita melihat pelangi di langit ?
- Bagaimana cara mengetahui jarak bayangan, tinggi bayangan, di depan
lensa cembung atau lensa cekung ?
2. Kegiatan Inti :
o Menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal peserta didik melalui Tanya jawab tentang pemantulan cahaya.
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan untuk menemukan hukum pembiasan cahaya.
o Secara berkelompok peserta didik melakukan percobaan pembiasan cahaya pada lensa cekung dan lensa cembung
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil percobaannya dan melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.
3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
3. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.
E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket Siswa IPA FISIKA KLS VIII
2. Meja optic, cermin datar, cermin cekung, cermin cembung, lensa cekung, lensa cembung, lampu senter / lilin, kertas karton, jarum, layer putih, korek api, mistar, jangka, plastisin.
F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
b. Tes Unjuk Kerja
2. Bentuk instrument
a. PG dan Uraian / Isian
b. Uji petik kerja prosedur atau produk
3. Contoh instrument :
a. Instrumen PG :
1. Gambar pemantulan cahaya yang benar adalah ……..
a. N b. N
c. N d. N
Kunci : D
b. Instrumen Uraian !
Jelaskan terjadinya fatamorgana !
Jawab :
Fatamorgana terjadi karena permukaan jalan mendapat sinar matahari dengan intensitas kuat, maka terjadi perbedaan suhu udara yang besar di atas aspal. Suhu di atas aspal lebih panas sehingga menjadi optic kurang rapat, sehingga :
a. Sinar matahari melalui optic yang lebih rapat ke optic yang kurang rapat dan dibiaskan menjauhi normal.
b. Sinar bias ada yang dipantulkan sempurna sehiungga seolah-olah melihat bayangan langit seperti genangan air hujan.
- Instrument uji petik kerja prosedur :
Merancang percobaan untuk menunjukkan cahaya merambat dengan arah lurus.
No Aspek yang dinilai Score Penilaian Ket
4 3 2 1
1 Persiapan
2 Cara meletakkan kertas karton yang dilubangi dengan lampu
3 Cara pengamatan / melihat
4 Cara menganalisa hasil pengamatan
5 Cara menyimpulkan
Rata-rata
Kriteria
1 : Kurang 3 : Baik
2 : Cukup 4 : Sangat Baik
Mengetahui :
Kepala SMP .........................
...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,
............................................
NIP. ....................................
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
- 8 -
Sekolah : SMP NEGERI 3 LIGUNG
Kelas / Semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : IPA
o Standar Kompetensi : 7. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan
optika dalam produk teknologi sehari-hari.
Kompetensi dasar : 7.4 Mendeskripsikan alat-alat optic dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
o Indikator :
6. Menjelaskan dengan benar fungsi lensa mata sebagai alat optik
7. Menentukan sifat bayangan benda pada retina dengan benar
8. Menjelaskan dengan benar beberapa cacat mata dan penggunaan kaca mata
9. Mengenali dengan baik bagian-bagian kamera sebagai alat optik
10. Menjelaskan dengan benar manfaat lup sebagai alat optik
11. Menjelaskan dengan benar cara kerja beberapa produk teknologi yang relevan, seperti : mikroskop, berbagai jenis teropong, periskop dan sebagainya
o KKM : 65
o Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 kali pertemuan )
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
4. Peserta didik mampu membedakan rabun dekat dan rabun jauh
5. Peserta didik mampu menjelaskan prinsip kerja dari alat-alat optik.
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Fungsi mata sebagai alat optic
2. Pembentukan bayangan benda pada retina
3. Cacat mata dan penggunaan kaca mata
4. Kamera
5. Lup
6. Mikroskop
7. Teropong
8. Periskop.
C. METODA PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Pembelajaran Langsung (DI)
Pembelajaran Kooperatif (CL)
Metode : - Demonstrasi / percobaan
- Diskusi Kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Pertemuan Pertama :
1. Kegiatan Pendahuluan :
- Apersepsi : Menanyakan mengenai bayangan nyata dengan bayangan maya.
- Motivasi : Menunjukkan gambar mata dan bagian-bagiannya
2. Kegiatan Inti :
o Guru menginformasikan kompetensi yang akan dicapai sambil menggali pengetahuan awal tentang terjadinya bayangan nyata dan bayangan maya.
o Guru mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kooperatif.
o Secara kelompok peserta didik untuk mengamati gambar mata, kamera, serta mengidentifikasi bagian-bagian dan fuingsinya.
o Guru berkeliling untuk membimbing setiap kelompok sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok.
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil pengamatannya dan guru melakukan penilaian kinerja presentasi kelompok.
3. Kegiatan penutup
o Guru bersama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
o Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
o Guru membimbing siswa merangkum hasil pembelajaran.
o Memberikan penghargaan pada kelompok terbaik.
o Memberikan tes tulis untuk mengukur penguasaan konsep.
Pertemuan kedua :
1. Kegiatan Pendahuluan :
o Apersepsi : Menanyakan kembali mengenai bayangan nyata dan bayangan maya.
Motivasi : - Menunjukkan mikroskop berikut bagian-bagiannya.
2. Kegiatan Inti :
o Guru mengingatkan kembali konsep-konsep esensial meliputi lensa cembung tebal, lensa cembung tipis, titik focus dan panjang fokus.
o Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kooparatif
o Secara bergantian peserta didik mengamati obyek malalui mikroskop.
o Guru berkeliling membimbing setiap kelompok, sambil melakukan penilaian kinerja tiap kelompok
o Setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan dan mendiskusikan cara kerjanya dengan bantuan gambar.
3. Kegiatan penutup
1. Bersama – sama peserta didik melakukan diskusi kelas untuk menarik kesimpulan.
2. Guru memberikan pengembangan konsep pelajaran.
3. Guru membimbing peserta didik merangkum hasil pembelajaran.
4. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik.
5. Melakukan tes tulis sebagai penilaian penguasaan konsep.
E. SUMBER BELAJAR
1. Buku Paket Siswa IPA FISIKA KLS VIII
2. Charta mata, Mikroskop, Kamera ( charta )
F. PENILAIAN
1. Tes Penilaian
a. Tes Tulis
2. Bentuk instrument
a. PG dan Uraian / Isian
3. Contoh instrument :
a. Instrumen PG :
1. Orang rabun dekat harus memakai …..
a. cermin cekung
b. cermin cembung
c. lensa cembung
d. lensa cekung
Kunci : C
Instrument isian singkat :
Jelaskan sifat bayangan yang dihasilkan oleh mikroskop !
Mengetahui :
Kepala SMP .........................
...........................................
NIP...................................... .................., .....................20.......
Guru Mata Pelajaran,
............................................
NIP. ....................................
belajar....... (LEARN.......)
about learn and tools
Kamis, 07 Juli 2011
REKRUTMEN CALON GURU: IUFM PERANCIS
REKRUTMEN CALON GURU: IUFM PERANCIS
Oleh : H. Totoh Santosa, M.M.
Setelah melakukan studi banding ke Perancis, Kepala LPMP Jawa Barat memperoleh informasi mengenai trend pengembangan profesi pendidik (baca: guru) terkini yang diterapkan oleh pemerintah Perancis. Proses pengembangan profesi ini menitikberatkan proses pengrekrutan calon guru di Perancis pada IUFM.
IUFM merupakan sebuah lembaga pelatihan pendidik yang bertugas mempersiapkan para calon guru berikut rekrutmen calon guru. Mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan jenjang D3 diberikan kesempatan untuk menjadi mahasiswa di IUFM. Calon mahasiswa diambil dari semua Universitas, tidak hanya bagi mahasiswa yang lulus dari Universitas berlatar belakang pendidikan. Setelah mendaftarkan diri, mereka yang berminat menjadi guru SD harus melewati proses seleksi berupa uji kemahiran berbahasa Perancis, Bahasa Inggris, Matematika dan Sejarah. Sedangkan calon guru mata pelajaran harus mengikuti ujian berdasarkan bidang studinya.
Setelah lulus dengan nilai yang melampaui passing grade, mahasiswa masuk pada kelas masing-masing sesuai jenjang pengajaran dan bidang studinya. Pada tahun I, mahasiswa disiapkan menjadi calan guru dengan mengikuti Didaktik Metodik selama 1 tahun. Selanjutnya di tahun II, mahasiswa melakukan latihan di lapangan. Setelah melalui tahapan ini mahasiswa menjalani ujian akhir. Apabila dinyatakan lulus, maka mahasiswa diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dengan diberikan gaji sebesar 80% dari gaji pokok sesuai dengan standar PNS di Perancis. Setelah mendapatkan status CPNS, para guru pemula harus mengikuti program bimbingan dengan melakukan latihan menjadi pendidik di sekolah-sekolah (magang) selama 1s.d. 2 tahun. Program pelatihan di sekolah ini dinilai oleh kepala sekolah dan pengawas, setelah mendapatkan nilai terbaik dan dinyatakan layak menjadi guru lalu diangkat menjadi PNS, dengan gaji 100%.
Guru-guru yang telah lulus dari IUFM ini sudah siap mengajar, memiliki kompetensi kependidikan, dan siap melaksankan tugas di lapangan sebagai tenaga pendidik. Dengan adanya program di IUFM ini, para guru tidak lagi dituntut untuk mengikuti sertifikasi guru, seperti yang terjadi di Indonesia. IUFM bekerja sama dengan dinas pendidikan pemerintah daerah di Perancis (Disdik Pemda) dan meminta kepada perguruan tinggi (PT) untuk benar-benar melakukan program pelatihan ini sehingga menghasilkan guru-guru yang profesional. Kegiatan pelatihan ini juga terus dimonitor oleh Disdik Pemda.
Dengan demikian, setelah mengamati dan mempelajari program di IUFM ini, saya berharap bahwa proses perekrutan calon guru di Indonesia dibuka untuk semua PT, tidak hanya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) saja, termasuk jurusan non-kependidikan. Hal ini berdasarkan fakta bahwa di lapangan banyak lulusan non-LPTK - tidak berlatarbelakang ilmu pendidikan- yang menjadi guru. Mereka bahkan tidak kalah kompeten dari guru berlatar belakang pendidikan dalam melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan dan tepat guna di sekolah. Oleh karena itu, semua LPTK dan PT dapat bersaing dalam rangka mengupayakan reformasi dalam peningkatan mutu pendidik/guru di Indonesia. Melalui persaingan tersebut, maka diharpakan dapat menghasilkan calon-calon guru yang berkualitas dan siap mendidik di lapangan.
Oleh : H. Totoh Santosa, M.M.
Setelah melakukan studi banding ke Perancis, Kepala LPMP Jawa Barat memperoleh informasi mengenai trend pengembangan profesi pendidik (baca: guru) terkini yang diterapkan oleh pemerintah Perancis. Proses pengembangan profesi ini menitikberatkan proses pengrekrutan calon guru di Perancis pada IUFM.
IUFM merupakan sebuah lembaga pelatihan pendidik yang bertugas mempersiapkan para calon guru berikut rekrutmen calon guru. Mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan jenjang D3 diberikan kesempatan untuk menjadi mahasiswa di IUFM. Calon mahasiswa diambil dari semua Universitas, tidak hanya bagi mahasiswa yang lulus dari Universitas berlatar belakang pendidikan. Setelah mendaftarkan diri, mereka yang berminat menjadi guru SD harus melewati proses seleksi berupa uji kemahiran berbahasa Perancis, Bahasa Inggris, Matematika dan Sejarah. Sedangkan calon guru mata pelajaran harus mengikuti ujian berdasarkan bidang studinya.
Setelah lulus dengan nilai yang melampaui passing grade, mahasiswa masuk pada kelas masing-masing sesuai jenjang pengajaran dan bidang studinya. Pada tahun I, mahasiswa disiapkan menjadi calan guru dengan mengikuti Didaktik Metodik selama 1 tahun. Selanjutnya di tahun II, mahasiswa melakukan latihan di lapangan. Setelah melalui tahapan ini mahasiswa menjalani ujian akhir. Apabila dinyatakan lulus, maka mahasiswa diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dengan diberikan gaji sebesar 80% dari gaji pokok sesuai dengan standar PNS di Perancis. Setelah mendapatkan status CPNS, para guru pemula harus mengikuti program bimbingan dengan melakukan latihan menjadi pendidik di sekolah-sekolah (magang) selama 1s.d. 2 tahun. Program pelatihan di sekolah ini dinilai oleh kepala sekolah dan pengawas, setelah mendapatkan nilai terbaik dan dinyatakan layak menjadi guru lalu diangkat menjadi PNS, dengan gaji 100%.
Guru-guru yang telah lulus dari IUFM ini sudah siap mengajar, memiliki kompetensi kependidikan, dan siap melaksankan tugas di lapangan sebagai tenaga pendidik. Dengan adanya program di IUFM ini, para guru tidak lagi dituntut untuk mengikuti sertifikasi guru, seperti yang terjadi di Indonesia. IUFM bekerja sama dengan dinas pendidikan pemerintah daerah di Perancis (Disdik Pemda) dan meminta kepada perguruan tinggi (PT) untuk benar-benar melakukan program pelatihan ini sehingga menghasilkan guru-guru yang profesional. Kegiatan pelatihan ini juga terus dimonitor oleh Disdik Pemda.
Dengan demikian, setelah mengamati dan mempelajari program di IUFM ini, saya berharap bahwa proses perekrutan calon guru di Indonesia dibuka untuk semua PT, tidak hanya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) saja, termasuk jurusan non-kependidikan. Hal ini berdasarkan fakta bahwa di lapangan banyak lulusan non-LPTK - tidak berlatarbelakang ilmu pendidikan- yang menjadi guru. Mereka bahkan tidak kalah kompeten dari guru berlatar belakang pendidikan dalam melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan dan tepat guna di sekolah. Oleh karena itu, semua LPTK dan PT dapat bersaing dalam rangka mengupayakan reformasi dalam peningkatan mutu pendidik/guru di Indonesia. Melalui persaingan tersebut, maka diharpakan dapat menghasilkan calon-calon guru yang berkualitas dan siap mendidik di lapangan.
Pengertian pengertian pendekatan
Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
Model Pembelajaran Konvensional
Model Pembelajaran Konvensional
Konvensional = tradisional = kuno = jadul ( JAMAN DULU :-) . Bagaimana menurut Anda ? Sama atau tidak itu terserah Anda ! Yang pasti konvensional juga terdapat dalam cara mengajar seorang guru. Salah satu modelnya adalah model pembelajaran konvensional, model yang masih banyak digunakan oleh guru. Menurut Roestiyah N.K. (1998) cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak duhulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa dengan cara lisan atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Guru biasanya mengajar hanya menggunakan buku teks atau LKS, dengan mengutamakan metode ceramah dan kadang-kadang tanya jawab. Tes atau evaluasi yang bersifat sumatif dengan maksud untuk mengetahui perkembangan jarang dilakukan. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat.
Banyak kita temukan di lapangan bahwa selama ini pembelajaran IPA didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositorinya. guru jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran logis yang lebih tinggi seperti kemampuan membuktikan atau memperlihatkan suatu konsep. Hal senada ditemukan oleh Marpaung (2001) bahwa dalam pembelajaran IPA selama ini siswa hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan masalah. dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran IPA secara biasa adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apa-apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan.
Menurut berbagai sumber , model ini sebenarnya sudah tidak layak lagi digunakan dalam suatu proses pengajaran, dan perlu diubah. Namun perlu diingat, ketika belum berkembangnya dunia pendidikan seperti sekarang , model apakah yang digunakan oleh seorang guru pada masa dulu ? Bukankah mereka menggunakan model konvensional ? itu jelas, apalagi di daerah yang kurang dijangkau oleh sumber-sumber informasi, seperti daerah pedalaman, atau daerah yang baru mengenal pendidikan, baru memiliki tenaga pengajar yang alakadarnya, serta berbagai fasilitas yang kurang mendukung
Konvensional = tradisional = kuno = jadul ( JAMAN DULU :-) . Bagaimana menurut Anda ? Sama atau tidak itu terserah Anda ! Yang pasti konvensional juga terdapat dalam cara mengajar seorang guru. Salah satu modelnya adalah model pembelajaran konvensional, model yang masih banyak digunakan oleh guru. Menurut Roestiyah N.K. (1998) cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak duhulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa dengan cara lisan atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Guru biasanya mengajar hanya menggunakan buku teks atau LKS, dengan mengutamakan metode ceramah dan kadang-kadang tanya jawab. Tes atau evaluasi yang bersifat sumatif dengan maksud untuk mengetahui perkembangan jarang dilakukan. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat.
Banyak kita temukan di lapangan bahwa selama ini pembelajaran IPA didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositorinya. guru jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran logis yang lebih tinggi seperti kemampuan membuktikan atau memperlihatkan suatu konsep. Hal senada ditemukan oleh Marpaung (2001) bahwa dalam pembelajaran IPA selama ini siswa hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan masalah. dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran IPA secara biasa adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apa-apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan.
Menurut berbagai sumber , model ini sebenarnya sudah tidak layak lagi digunakan dalam suatu proses pengajaran, dan perlu diubah. Namun perlu diingat, ketika belum berkembangnya dunia pendidikan seperti sekarang , model apakah yang digunakan oleh seorang guru pada masa dulu ? Bukankah mereka menggunakan model konvensional ? itu jelas, apalagi di daerah yang kurang dijangkau oleh sumber-sumber informasi, seperti daerah pedalaman, atau daerah yang baru mengenal pendidikan, baru memiliki tenaga pengajar yang alakadarnya, serta berbagai fasilitas yang kurang mendukung
Model Pembelajaran MURDER
Model Pembelajaran Kolaboratif MURDER
Pembelajaran MURDER merupakan pembelajaran yang diadaptasi dari buku karya Bob Nelson “The Complete Problem Solver” yang merupakan gabungan dari beberapa kata yang meliputi:
1. Mood (Suasana Hati)
Mood adalah istilah bahasa inggris yang artinya suasana hati. Dalam belajar suasana hati yang positif bisa menciptakan semangat belajar sehingga konsentrasi belajar dapat dicapai semaksimal mungkin dan dapat menyerap apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu, jika suasana hati tidak mendukung, maka semua konsentrasi akan dibuyarkan dengan pikiran-pikiran yang tidak penting untuk difikirkan. Ciptakan suasana hati yang positif ketika kita belajar sebuah ilmu.
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakalah siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Kecerdasan emosional ini berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira, sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan. Hamzah (2006: 82) menyatakan bahwa suasana hati umum juga memiliki dua skala, yaitu sebagai berikut:
1. Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian luas, optimisme berarti makna kemampuan melihat sisi tentang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun kita berada dalam kesulitan. Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam cara orang menghadapi kehidupan.
1. Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap kegiatan.
Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsur-unsur kesehatan, kedua, melalui pengelolaan yang hidup dan bervariasi yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajar yang relevan.
2. Understand (Pemahaman)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui benar. Pemahaman dapat diartikan juga menguasai tertentu dengan pikiran, maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap mengajar. Pemahaman memiliki arti mendasar yang meletakan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.
Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi dan reaksi, maka siswa dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill kemudian dengan unsur organisasi, maka subyek belajar dapat menata hal- hal tersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis, karena mempelajari sejumlah data sebagaimana adanya, secara bertingkat atau angsur-angsur, siswa mulai memahami artinya dan implikasi dari persoalan-persoalan secara keseluruhan.
Perlu diingat bahwa pemahaman tidak hanya sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar siswa dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari dan dipahami, kalau sudah demikian maka belajar itu bersifat mendasar. Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep.
Kemudian perlu ditegaskan bahwa pemahaman bersifat dinamis, dengan ini diharapkan akan bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang, akan tetapi apabila subyek belajar betul-betul memahami materi yang disampaikan oleh gurunya, maka mereka akan siap memberikan jawaban-jawaban yang pasti atas partanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam belajar (Sardiman, 1996: 42-45).
Dalam memahami suatu materi, harus konsentrasi secara penuh terhadap materi tersebut dengan cara memahami tiap-tiap kalimat dan mencerna maksud dari kalimat tersebut. Bisa juga dengan membanyangkan secara langsung hal yang terjadi dalam kalimat tersebut dan hendaknya mengikuti secara runtun aliran suatu materi dengan seksama karena jika satu materi saja terlewat maka pada materi berikutnya kemungkinan besar akan sulit memahaminya.
3. Recall (Pengulangan)
Mengulang adalah usaha aktif untuk memasukkan informasi kedalam ingatan jangka panjang. Ini dapat dilakukan dengan “mengikat” fakta kedalam ingatan visual, auditorial, atau fisik. Otak banyak memiliki perangkat ingatan. Semakin banyak perangkat (indra) yang dilibatkan, semakin baik pula sebuah informasi baru tercatat. Me-recall tidak hanya terhadap pengetahuan tentang fakta, tetapi juga mengingat akan konsep yang luas, generalisasi yang telah didistribusikan, definisi, metode dalam mendekati masalah. Me-recall, bertujuan agar siswa memiliki kesempatan untuk membentuk atau menyusun kembali imformasi yang telah mereka terima (Jamarah, 2005: 108) .
Orang yang tidak mengulang saat belajar senantiasa memasukkan informasi baru tersebut lepas. Itu membuat belajar menjadi sulit karena akan ada lebih sedikit kata dalam otak yang dapat digunakan untuk mengaitkan atau mengasosiasikan sejumlah informasi baru berikutnya.
Kegiatan mengulang ini bisa dilakukan setelah mendapatkan materi tersebut, dapat dilakukan pada waktu sepulang sekolah, waktu istirahat, dan diwaktu-waktu senggang lainnya. Pada kegiatan mengulang ini dapat dengan cara membaca ulang sesuai dengan materi yang telah diberikan, kemudian merangkumnya dengan bahasa sendiri yang mudah dipahami. Sehingga secara tidak langsung membaca sekaligus menghafal materi yang telah dipelajari.
4. Digest (Penelaahan)
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakalah tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran (subject centere teaching). Untuk dapat menguasai materi pelajaran siswa tidak hanya berpedoman pada satu buku, karena pada dasarnya ada berbagai sumber yang bisa dijadikan sumber untuk memperoleh pengetahuan.
Sanjaya (2006: 173-174) menyatakan bahwa beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan dalam proses belajar di dalam kelas diantaranya adalah:
a. Manusia Sumber
Alat dan bahan pengajaran misalnya buku-buku, majalah, koran, dan bahan cetak lainnya, film slide, foto, gambar, dan lain- lain.
b. Berbagai Aktifitas dan Kegiatan
Yang dimaksud aktifitas adalah segala perbuatan yang disengaja dirancang guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan dan lain- lain.
c. Lingkungan (Setting)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar, misalnya gedung sekolah, perpustakaan, taman, laboratorium, kantin sekolah dan lain- lain
5. Expand (Pengembangan)
Expand artinya pengembangan. Dengan pengembangan, maka akan lebih banyak mengetahui tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Ada 3 buah pertanyaan yang dapat di ajukan untuk mengkritisi materi tersebut yaitu:
1. Andaikan saya bertemu dengan penulis materi tersebut, pertanyaan atau kritik apa yang hendak saya ajukan?
2. Bagaimana saya bisa mengaplikasikan materi tersebut ke dalam hal yang saya sukai?
3. Bagaimana saya bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa/mahasiswa lainnya?
6. Review (Pelajari Kembali)
Pelajari kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari. Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar dari lupa. Mengingat adalah proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran
Pembelajaran MURDER merupakan pembelajaran yang diadaptasi dari buku karya Bob Nelson “The Complete Problem Solver” yang merupakan gabungan dari beberapa kata yang meliputi:
1. Mood (Suasana Hati)
Mood adalah istilah bahasa inggris yang artinya suasana hati. Dalam belajar suasana hati yang positif bisa menciptakan semangat belajar sehingga konsentrasi belajar dapat dicapai semaksimal mungkin dan dapat menyerap apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu, jika suasana hati tidak mendukung, maka semua konsentrasi akan dibuyarkan dengan pikiran-pikiran yang tidak penting untuk difikirkan. Ciptakan suasana hati yang positif ketika kita belajar sebuah ilmu.
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakalah siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Kecerdasan emosional ini berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira, sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan. Hamzah (2006: 82) menyatakan bahwa suasana hati umum juga memiliki dua skala, yaitu sebagai berikut:
1. Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian luas, optimisme berarti makna kemampuan melihat sisi tentang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun kita berada dalam kesulitan. Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam cara orang menghadapi kehidupan.
1. Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap kegiatan.
Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsur-unsur kesehatan, kedua, melalui pengelolaan yang hidup dan bervariasi yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajar yang relevan.
2. Understand (Pemahaman)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui benar. Pemahaman dapat diartikan juga menguasai tertentu dengan pikiran, maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap mengajar. Pemahaman memiliki arti mendasar yang meletakan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.
Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi dan reaksi, maka siswa dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill kemudian dengan unsur organisasi, maka subyek belajar dapat menata hal- hal tersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis, karena mempelajari sejumlah data sebagaimana adanya, secara bertingkat atau angsur-angsur, siswa mulai memahami artinya dan implikasi dari persoalan-persoalan secara keseluruhan.
Perlu diingat bahwa pemahaman tidak hanya sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar siswa dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari dan dipahami, kalau sudah demikian maka belajar itu bersifat mendasar. Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep.
Kemudian perlu ditegaskan bahwa pemahaman bersifat dinamis, dengan ini diharapkan akan bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang, akan tetapi apabila subyek belajar betul-betul memahami materi yang disampaikan oleh gurunya, maka mereka akan siap memberikan jawaban-jawaban yang pasti atas partanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam belajar (Sardiman, 1996: 42-45).
Dalam memahami suatu materi, harus konsentrasi secara penuh terhadap materi tersebut dengan cara memahami tiap-tiap kalimat dan mencerna maksud dari kalimat tersebut. Bisa juga dengan membanyangkan secara langsung hal yang terjadi dalam kalimat tersebut dan hendaknya mengikuti secara runtun aliran suatu materi dengan seksama karena jika satu materi saja terlewat maka pada materi berikutnya kemungkinan besar akan sulit memahaminya.
3. Recall (Pengulangan)
Mengulang adalah usaha aktif untuk memasukkan informasi kedalam ingatan jangka panjang. Ini dapat dilakukan dengan “mengikat” fakta kedalam ingatan visual, auditorial, atau fisik. Otak banyak memiliki perangkat ingatan. Semakin banyak perangkat (indra) yang dilibatkan, semakin baik pula sebuah informasi baru tercatat. Me-recall tidak hanya terhadap pengetahuan tentang fakta, tetapi juga mengingat akan konsep yang luas, generalisasi yang telah didistribusikan, definisi, metode dalam mendekati masalah. Me-recall, bertujuan agar siswa memiliki kesempatan untuk membentuk atau menyusun kembali imformasi yang telah mereka terima (Jamarah, 2005: 108) .
Orang yang tidak mengulang saat belajar senantiasa memasukkan informasi baru tersebut lepas. Itu membuat belajar menjadi sulit karena akan ada lebih sedikit kata dalam otak yang dapat digunakan untuk mengaitkan atau mengasosiasikan sejumlah informasi baru berikutnya.
Kegiatan mengulang ini bisa dilakukan setelah mendapatkan materi tersebut, dapat dilakukan pada waktu sepulang sekolah, waktu istirahat, dan diwaktu-waktu senggang lainnya. Pada kegiatan mengulang ini dapat dengan cara membaca ulang sesuai dengan materi yang telah diberikan, kemudian merangkumnya dengan bahasa sendiri yang mudah dipahami. Sehingga secara tidak langsung membaca sekaligus menghafal materi yang telah dipelajari.
4. Digest (Penelaahan)
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakalah tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran (subject centere teaching). Untuk dapat menguasai materi pelajaran siswa tidak hanya berpedoman pada satu buku, karena pada dasarnya ada berbagai sumber yang bisa dijadikan sumber untuk memperoleh pengetahuan.
Sanjaya (2006: 173-174) menyatakan bahwa beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan dalam proses belajar di dalam kelas diantaranya adalah:
a. Manusia Sumber
Alat dan bahan pengajaran misalnya buku-buku, majalah, koran, dan bahan cetak lainnya, film slide, foto, gambar, dan lain- lain.
b. Berbagai Aktifitas dan Kegiatan
Yang dimaksud aktifitas adalah segala perbuatan yang disengaja dirancang guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan dan lain- lain.
c. Lingkungan (Setting)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar, misalnya gedung sekolah, perpustakaan, taman, laboratorium, kantin sekolah dan lain- lain
5. Expand (Pengembangan)
Expand artinya pengembangan. Dengan pengembangan, maka akan lebih banyak mengetahui tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Ada 3 buah pertanyaan yang dapat di ajukan untuk mengkritisi materi tersebut yaitu:
1. Andaikan saya bertemu dengan penulis materi tersebut, pertanyaan atau kritik apa yang hendak saya ajukan?
2. Bagaimana saya bisa mengaplikasikan materi tersebut ke dalam hal yang saya sukai?
3. Bagaimana saya bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa/mahasiswa lainnya?
6. Review (Pelajari Kembali)
Pelajari kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari. Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar dari lupa. Mengingat adalah proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran
Definition Approach
Definition Approach, Strategies, Methods, Techniques, Tactics, and the Learning Model.
In the process of learning known as some of the terms have similar meanings, so often people get confused to differentiate. These terms are: (1) learning approach, (2) learning strategies, (3) teaching methods, (4) techniques of learning, (5) learning tactics, and (6) learning model. The following will set out these terms, hoping to give kejelasaan about the use of the term.
Learning approach can be interpreted as a point of departure or point of view on learning, which refers to the view of the occurrence of a process that is still very common in nature, in which enclose, menginsiprasi, strengthen, and the underlying learning methods with particular theoretical coverage. Judging from its approach, there are two types of learning approaches, namely: (1) learning-oriented approach or a student-centered (student centered approach) and (2) learning-oriented approach or teacher-centered (teacher centered approach).
Of learning approaches that have been established subsequently lowered into the learning strategies. Newman and Logan (Abin Makmun Shamsuddin, 2003) suggests four elements of any business strategy, namely:
1. Identify and define the specifications and qualifying results (output) and targets (targets) that must be achieved, taking into account the aspirations and tastes of the people who need them.
2. Consider and choose the main approach road (basic way) the most effective way to reach the target.
3. Consider and determine the steps (steps) that will dtempuh since the start point to the target.
4. Consider and establish benchmarks (criteria) and standard size (standard) to measure and assess the degree of success (achievement) business.
If we apply in the context of learning, the four elements are:
1. Establish specifications and qualifications of learning objectives and the changes in personal behavior profile of learners.
2. Consider and choose systems approach to learning is considered the most effective.
3. Consider and define the steps or procedures, methods and techniques of learning.
4. Establish norms and minimum size limits or criteria of success and the success of standard sizes.
Meanwhile, Kemp (Senjaya Vienna, 2008) suggested that learning strategy is a learning activity to do teachers and students so that learning objectives can be achieved effectively and efficiently. Furthermore, by quoting the thought J. R David, Vienna Senjaya (2008) mentions that the meaning contained in the learning strategy planning. This means that the strategy is basically still conceptual about the decisions to be taken in an exercise of learning. Judging from its strategy, the learning can be grouped into two sections as well, namely: (1) exposition, discovery learning, and (2) individual-learning group (in Vienna Senjaya Rowntree, 2008). Judging from the way of presenting and processing means, learning strategies learning strategies can be distinguished between inductive and deductive learning strategies.
Learning strategy is still conceptual in nature and used various methods to implement specific learning. In other words, the strategy is "a plan of operation Achieving something" while the method is "a way to Achieving something" (Vienna Senjaya (2008). Thus, the learning method can be interpreted as the means used to implement the plans that are constructed in the form of real and practical to achieve the learning objectives. There are several methods of learning that can be used to implement learning strategies, including: (1) lectures, (2) demonstration, (3) discussion, (4) simulation, (5) laboratory, (6) field experience; (7) brainstorming; (8) debates, (9) symposium, and so on.
Furthermore, the learning method are translated into the techniques and styles of learning. Thus, the technique can be diatikan as a way of learning a person does in implementing a specific method. For example, use the lecture method in a class with a relatively large number of students who require its own technique, which of course would technically different from the method use a class lecture on a limited number of students. Similarly, by using the method of discussion, it is necessary to use different techniques in class that students classified as active with a class that students classified as passive. In this case, the teacher can keep changing techniques even in the same corridor method.
While learning is the style of one's tactics in carrying out certain teaching methods or techniques that are individualized. Suppose there are two people both use the lecture method, but it may be very different in the tactics it employs. In its presentation, which one tends to many interspersed with humor because he has a sense of humor, while the other one lacks a sense of humor, but more use of electronic aids because she was so controlled that area. In the style of learning would seem the uniqueness or the uniqueness of each teacher, according to his ability, experience and personality types of teachers are concerned. In this tactic, the learning will become a science sekalkigus also art (tips)
If between the approaches, strategies, methods, techniques and tactics even learning already strung into a single coherent whole is formed what is called a model of learning. Thus, the learning model is basically a form of learning which is reflected from the beginning to the end that is typically presented by the teacher. In other words, the learning model is a wrap or a frame from the application of an approach, methods, and techniques of learning.
With regard to the learning model, Bruce Joyce and Marsha Weil (Smith Surasega Supriawan and A. Benjamin, 1990) explores four (4) group learning model, namely: (1) model of social interaction, (2) model of information processing, (3) model a personal-humanistic, and (4) model of behavior modification. However, often use the term learning model is identified with learning strategies.
For more details, hierarchical position of each term, may be visualized as follows:
Outside of these terms, in the learning process is also known terms of learning design. If the learning strategy is more concerned with general patterns and the general procedure of learning activities, whereas design refers to learning more ways to plan a system of a particular learning environment after a specific set of learning strategies. If the analogy with the home-making, the strategy talks about the various possible types or kinds of houses will be built (the house joglo, gadang houses, modern houses, etc.), each impression and a message will display different and unique. While the design is setting the blueprint (blue print) houses to be built along with the necessary materials and step sequences of construction, and completion criteria, ranging from early stage to late stage, after the specified type of houses to be built.
Based on the above, that to be able to perform their duties in a professional, a teacher is required to understand and possess adequate skills in developing various models of effective learning, creative and fun, as suggested in the Education Unit Level Curriculum.
Observing the learning reform efforts that are being developed in Indonesia, teachers or prospective teachers today are many choices offered by the learning model, which is sometimes for the sake of research (academic research and action research) is very difficult menermukan literarturnya sources. However, if teachers (teacher candidates) have been able to understand basic concepts or theories of learning which refers to the process (and related concepts and theories) of learning as stated above, it is basically a creative teacher can also try and develop a distinctive model of learning, in accordance with actual conditions in their respective workplaces, so that in turn will appear models of learning version of the teacher in question, which certainly enrich the treasures of learning models that already exist.
In the process of learning known as some of the terms have similar meanings, so often people get confused to differentiate. These terms are: (1) learning approach, (2) learning strategies, (3) teaching methods, (4) techniques of learning, (5) learning tactics, and (6) learning model. The following will set out these terms, hoping to give kejelasaan about the use of the term.
Learning approach can be interpreted as a point of departure or point of view on learning, which refers to the view of the occurrence of a process that is still very common in nature, in which enclose, menginsiprasi, strengthen, and the underlying learning methods with particular theoretical coverage. Judging from its approach, there are two types of learning approaches, namely: (1) learning-oriented approach or a student-centered (student centered approach) and (2) learning-oriented approach or teacher-centered (teacher centered approach).
Of learning approaches that have been established subsequently lowered into the learning strategies. Newman and Logan (Abin Makmun Shamsuddin, 2003) suggests four elements of any business strategy, namely:
1. Identify and define the specifications and qualifying results (output) and targets (targets) that must be achieved, taking into account the aspirations and tastes of the people who need them.
2. Consider and choose the main approach road (basic way) the most effective way to reach the target.
3. Consider and determine the steps (steps) that will dtempuh since the start point to the target.
4. Consider and establish benchmarks (criteria) and standard size (standard) to measure and assess the degree of success (achievement) business.
If we apply in the context of learning, the four elements are:
1. Establish specifications and qualifications of learning objectives and the changes in personal behavior profile of learners.
2. Consider and choose systems approach to learning is considered the most effective.
3. Consider and define the steps or procedures, methods and techniques of learning.
4. Establish norms and minimum size limits or criteria of success and the success of standard sizes.
Meanwhile, Kemp (Senjaya Vienna, 2008) suggested that learning strategy is a learning activity to do teachers and students so that learning objectives can be achieved effectively and efficiently. Furthermore, by quoting the thought J. R David, Vienna Senjaya (2008) mentions that the meaning contained in the learning strategy planning. This means that the strategy is basically still conceptual about the decisions to be taken in an exercise of learning. Judging from its strategy, the learning can be grouped into two sections as well, namely: (1) exposition, discovery learning, and (2) individual-learning group (in Vienna Senjaya Rowntree, 2008). Judging from the way of presenting and processing means, learning strategies learning strategies can be distinguished between inductive and deductive learning strategies.
Learning strategy is still conceptual in nature and used various methods to implement specific learning. In other words, the strategy is "a plan of operation Achieving something" while the method is "a way to Achieving something" (Vienna Senjaya (2008). Thus, the learning method can be interpreted as the means used to implement the plans that are constructed in the form of real and practical to achieve the learning objectives. There are several methods of learning that can be used to implement learning strategies, including: (1) lectures, (2) demonstration, (3) discussion, (4) simulation, (5) laboratory, (6) field experience; (7) brainstorming; (8) debates, (9) symposium, and so on.
Furthermore, the learning method are translated into the techniques and styles of learning. Thus, the technique can be diatikan as a way of learning a person does in implementing a specific method. For example, use the lecture method in a class with a relatively large number of students who require its own technique, which of course would technically different from the method use a class lecture on a limited number of students. Similarly, by using the method of discussion, it is necessary to use different techniques in class that students classified as active with a class that students classified as passive. In this case, the teacher can keep changing techniques even in the same corridor method.
While learning is the style of one's tactics in carrying out certain teaching methods or techniques that are individualized. Suppose there are two people both use the lecture method, but it may be very different in the tactics it employs. In its presentation, which one tends to many interspersed with humor because he has a sense of humor, while the other one lacks a sense of humor, but more use of electronic aids because she was so controlled that area. In the style of learning would seem the uniqueness or the uniqueness of each teacher, according to his ability, experience and personality types of teachers are concerned. In this tactic, the learning will become a science sekalkigus also art (tips)
If between the approaches, strategies, methods, techniques and tactics even learning already strung into a single coherent whole is formed what is called a model of learning. Thus, the learning model is basically a form of learning which is reflected from the beginning to the end that is typically presented by the teacher. In other words, the learning model is a wrap or a frame from the application of an approach, methods, and techniques of learning.
With regard to the learning model, Bruce Joyce and Marsha Weil (Smith Surasega Supriawan and A. Benjamin, 1990) explores four (4) group learning model, namely: (1) model of social interaction, (2) model of information processing, (3) model a personal-humanistic, and (4) model of behavior modification. However, often use the term learning model is identified with learning strategies.
For more details, hierarchical position of each term, may be visualized as follows:
Outside of these terms, in the learning process is also known terms of learning design. If the learning strategy is more concerned with general patterns and the general procedure of learning activities, whereas design refers to learning more ways to plan a system of a particular learning environment after a specific set of learning strategies. If the analogy with the home-making, the strategy talks about the various possible types or kinds of houses will be built (the house joglo, gadang houses, modern houses, etc.), each impression and a message will display different and unique. While the design is setting the blueprint (blue print) houses to be built along with the necessary materials and step sequences of construction, and completion criteria, ranging from early stage to late stage, after the specified type of houses to be built.
Based on the above, that to be able to perform their duties in a professional, a teacher is required to understand and possess adequate skills in developing various models of effective learning, creative and fun, as suggested in the Education Unit Level Curriculum.
Observing the learning reform efforts that are being developed in Indonesia, teachers or prospective teachers today are many choices offered by the learning model, which is sometimes for the sake of research (academic research and action research) is very difficult menermukan literarturnya sources. However, if teachers (teacher candidates) have been able to understand basic concepts or theories of learning which refers to the process (and related concepts and theories) of learning as stated above, it is basically a creative teacher can also try and develop a distinctive model of learning, in accordance with actual conditions in their respective workplaces, so that in turn will appear models of learning version of the teacher in question, which certainly enrich the treasures of learning models that already exist.
Conventional Learning Model
Conventional Learning Model
Conventional = traditional = old = old school (FIRST TIMES :-). How do you think? Same or not is up to you! To be sure there are also conventional in the way of teaching a teacher. One model is the conventional learning model, the model is still widely used by teachers. According Roestiyah N.K. (1998) The most traditional way of teaching and has long run in the history of education is to teach by the lecture. Since duhulu teachers in an attempt to transfer that knowledge to students by way of oral or lectures. Conventional learning is learning that is usually done by teachers. Whereas, conventional learning (traditional) generally have certain peculiarities, such as memorizing more priority than understanding, emphasizing the skills of numeracy, giving priority to the outcome rather than process, and teacher-centered teaching. Teachers usually teach only the use of textbooks or worksheets, with emphasis on the lecture method and sometimes questioning. Test or summative evaluations in order to determine the development is rarely done. Students must follow the way of learning chosen by the teacher, dutifully studying the sequence set of teachers, and less about the opportunity to express opinions.
Many of us find in the field of learning science that has been dominated by the teacher through the lecture method and ekspositorinya. teachers rarely teach students to analyze in depth about a concept and rarely encourage students to use logical reasoning such higher ability to prove or demonstrate concepts. The same thing was found by Marpaung (2001) that in science learning for students is almost never required to try the strategy and the ways (alternate) alone in solving the problem. can be drawn a conclusion that is in common with science learning is a teaching and learning activities that have been mostly carried out by the teacher where the teacher teaches in the classical style in which teachers dominate classroom activities with the expository method, and the students just accept what is delivered by teachers, as well as student activity for expression is lacking, so that students become passive in learning, and student learning less meaningful as more memorizing.
According to various sources, this model is actually no longer feasible to use in a teaching process, and needs to be changed. But remember, when the undeveloped world of education as now, the model is used by a teacher on the first? Do not they use the conventional model? It is clear, especially in areas that are less accessible sources of information, such as rural areas, or areas that are new to education, new teachers have a spurious, as well as various facilities that are less supportive.
Conventional = traditional = old = old school (FIRST TIMES :-). How do you think? Same or not is up to you! To be sure there are also conventional in the way of teaching a teacher. One model is the conventional learning model, the model is still widely used by teachers. According Roestiyah N.K. (1998) The most traditional way of teaching and has long run in the history of education is to teach by the lecture. Since duhulu teachers in an attempt to transfer that knowledge to students by way of oral or lectures. Conventional learning is learning that is usually done by teachers. Whereas, conventional learning (traditional) generally have certain peculiarities, such as memorizing more priority than understanding, emphasizing the skills of numeracy, giving priority to the outcome rather than process, and teacher-centered teaching. Teachers usually teach only the use of textbooks or worksheets, with emphasis on the lecture method and sometimes questioning. Test or summative evaluations in order to determine the development is rarely done. Students must follow the way of learning chosen by the teacher, dutifully studying the sequence set of teachers, and less about the opportunity to express opinions.
Many of us find in the field of learning science that has been dominated by the teacher through the lecture method and ekspositorinya. teachers rarely teach students to analyze in depth about a concept and rarely encourage students to use logical reasoning such higher ability to prove or demonstrate concepts. The same thing was found by Marpaung (2001) that in science learning for students is almost never required to try the strategy and the ways (alternate) alone in solving the problem. can be drawn a conclusion that is in common with science learning is a teaching and learning activities that have been mostly carried out by the teacher where the teacher teaches in the classical style in which teachers dominate classroom activities with the expository method, and the students just accept what is delivered by teachers, as well as student activity for expression is lacking, so that students become passive in learning, and student learning less meaningful as more memorizing.
According to various sources, this model is actually no longer feasible to use in a teaching process, and needs to be changed. But remember, when the undeveloped world of education as now, the model is used by a teacher on the first? Do not they use the conventional model? It is clear, especially in areas that are less accessible sources of information, such as rural areas, or areas that are new to education, new teachers have a spurious, as well as various facilities that are less supportive.
Theories of Learning (Piaget, Bruner, Vygotsky)
Theories of Learning (Piaget, Bruner, Vygotsky)
In principle the process of learning that people experience lasts a lifetime, meaning that learning is a continuous process, which never stops and confined to the classroom walls. This is based on the assumption that throughout his life, humans will always be faced with problems, obstacles in achieving the objectives to be achieved in this life. The principle of lifelong learning is in line with the four pillars of universal education as formulated by UNESCO, namely: (1) learning to know, which means also learning to learn, (2) learning to do, (3) learning to be, and (4) learning to live together.
Learning to know, or learning to learn implies that learning is essentially not only to the product or outcome-oriented learning, but also should be oriented to the learning process. With the learning process, students not only aware of what must be learned, but also have the awareness and ability to learn how to learn it.
Learning to do implies that learning is not merely hear and see the purpose of accumulation of knowledge, but learning to do with the ultimate goal of mastery of competencies that are necessary in an era of global competition.
Learning to be implies that learning is a form of human "be himself". In other words, learn to actualize themselves as individuals with personality who have the responsibility as human beings.
Learning to live together is to learn to cooperate. It is very necessary in accordance with the guidance needs in a global society where people either individually or as a group could never live alone or going into exile with his group.
Learning process that will be prepared by a teacher should first have to pay attention to the underlying theories. There are several learning theories that support the inquiry learning approach are:
1. Piaget's Theory
According to Piaget's cognitive development in children broadly divided into four periods, namely: a) the sensory motor period (0-2 years); b) preoperational period (2-7 years); c) concrete operational period (7-11 years); d ) period of formal operations (11-15) years. While the basic concepts and organizational adaptation process according to Piaget's intellectual namely: schemata (viewed as a set of concepts); assimilation (events match the new information with old information that has been owned by someone; accommodation (occurs when between new and old information previously not suitable then compared and adjusted to the old information) and equilibrium (when the balance is achieved then the students are familiar with the new information).
2. Theory Bruner
Bruner learning theory is almost similar to the theory of Piaget, Bruner suggested that intellectual development of children following the three successive stages of representation, namely: a) enaktif, all the attention the child depends on his response; b) iconic, thinking the child depends on sensory organization and c) symbolic , the child has a full understanding of things so that the child has been able to express their opinions with the language.
Implications of Bruner's theory in the learning process is a child confronts a situation that is confusing or a child experiences masalah.Dengan will try to adjust or re-organize the structures of ideas in order to achieve a balance in his mind.
3. The theory of Vygotsky
Vygotsky theories assume that learning occurs when children work or learning to handle the tasks that have not been studied but the tasks were still within range of his ability (zone of proximal development), namely the development of students' abilities slightly above the abilities that he already has. Vygotsky also explains that learning occurs in two stages: first stage occurs when collaborating with others, and the next phase is done individually, in which occurs the internalization process. During the process of interaction occurs, both between teacher-students and between students, such as the ability of mutual respect, to test the truth of the statement of others, negotiate, and adopt the opinion of each other can develop.
In principle the process of learning that people experience lasts a lifetime, meaning that learning is a continuous process, which never stops and confined to the classroom walls. This is based on the assumption that throughout his life, humans will always be faced with problems, obstacles in achieving the objectives to be achieved in this life. The principle of lifelong learning is in line with the four pillars of universal education as formulated by UNESCO, namely: (1) learning to know, which means also learning to learn, (2) learning to do, (3) learning to be, and (4) learning to live together.
Learning to know, or learning to learn implies that learning is essentially not only to the product or outcome-oriented learning, but also should be oriented to the learning process. With the learning process, students not only aware of what must be learned, but also have the awareness and ability to learn how to learn it.
Learning to do implies that learning is not merely hear and see the purpose of accumulation of knowledge, but learning to do with the ultimate goal of mastery of competencies that are necessary in an era of global competition.
Learning to be implies that learning is a form of human "be himself". In other words, learn to actualize themselves as individuals with personality who have the responsibility as human beings.
Learning to live together is to learn to cooperate. It is very necessary in accordance with the guidance needs in a global society where people either individually or as a group could never live alone or going into exile with his group.
Learning process that will be prepared by a teacher should first have to pay attention to the underlying theories. There are several learning theories that support the inquiry learning approach are:
1. Piaget's Theory
According to Piaget's cognitive development in children broadly divided into four periods, namely: a) the sensory motor period (0-2 years); b) preoperational period (2-7 years); c) concrete operational period (7-11 years); d ) period of formal operations (11-15) years. While the basic concepts and organizational adaptation process according to Piaget's intellectual namely: schemata (viewed as a set of concepts); assimilation (events match the new information with old information that has been owned by someone; accommodation (occurs when between new and old information previously not suitable then compared and adjusted to the old information) and equilibrium (when the balance is achieved then the students are familiar with the new information).
2. Theory Bruner
Bruner learning theory is almost similar to the theory of Piaget, Bruner suggested that intellectual development of children following the three successive stages of representation, namely: a) enaktif, all the attention the child depends on his response; b) iconic, thinking the child depends on sensory organization and c) symbolic , the child has a full understanding of things so that the child has been able to express their opinions with the language.
Implications of Bruner's theory in the learning process is a child confronts a situation that is confusing or a child experiences masalah.Dengan will try to adjust or re-organize the structures of ideas in order to achieve a balance in his mind.
3. The theory of Vygotsky
Vygotsky theories assume that learning occurs when children work or learning to handle the tasks that have not been studied but the tasks were still within range of his ability (zone of proximal development), namely the development of students' abilities slightly above the abilities that he already has. Vygotsky also explains that learning occurs in two stages: first stage occurs when collaborating with others, and the next phase is done individually, in which occurs the internalization process. During the process of interaction occurs, both between teacher-students and between students, such as the ability of mutual respect, to test the truth of the statement of others, negotiate, and adopt the opinion of each other can develop.
Collaborative Learning Model Murder
Collaborative Learning Model Murder
Murder is a learning lesson adapted from Bob Nelson's book "The Complete Problem Solver" which is a combination of several words which include:
1. Mood (Mood)
Mood is the English term that means mood. In learning a positive mood can create a spirit of learning so that learning concentration can be achieved as much as possible and be able to absorb what has been learned. Therefore, if the mood does not support, then all concentration will be interrupted with thoughts that are not essential for difikirkan. Create a positive mood when we learn a science.
The learning process is a process that can develop the full potential of students. All the potential it might just be able to develop manakalah students free of fear and tension. Emotional intelligence is related to our outlook on life, our ability to have fun, alone and with others, and overall sense of satisfaction and disappointment we feel. Hamzah (2006: 82) states that the general mood also has two scales, as follows:
1. Optimism, the ability to maintain a positive attitude is realistic, especially in the face of difficult times. In broad terms, the optimism is the ability to see the meaning of life and maintain a positive attitude, even though we are in trouble. Optimism assumes the existence of hope in the way people cope with life.
1. Happiness, namely the ability to appreciate life, love yourself and others, and for the vibrant and passionate in conducting any activity.
Therefore needs to be pursued so that the learning process is an enjoyable process that can be done, first, the arrange the room is neat and attractive, namely that meet the elements of health, second, through the management of the living and varied by using a pattern and learning models, media and relevant learning resources.
2. Understand (Comprehension)
According to Indonesian dictionary published by the Ministry of Education and Culture, an understanding is true understanding or knowing right. Understanding can be interpreted also mastered certain thoughts, it means learning to understand the mental and philosophical meaning, intent and implications and its applications, causing students to understand a situation. It is very important for students to learn. Understanding the meaning, the meaning of it, is the ultimate goal of any teaching. Have a fundamental understanding of the meaning of that put parts of the study in proportion. Without it, the skills knowledge and attitudes would not be meaningful.
In the learning element of understanding that can not be separated from other elements. With motivation, concentration and reaction, then the students can develop the facts, ideas or skills and then with elements of the organization, then the subject can learn to organize these things are linked together into a logical pattern, because studying a number of data as it is, in a graduated or gradually, students begin to understand the meaning and implications of problems as a whole.
Keep in mind that an understanding not only know but also requires that students be able to utilize materials that have been studied and understood, when it's so then it is a fundamental study. Higher understanding of the level of knowledge. Understanding requires the ability to capture the meaning of the concept.
Then it must be stressed that the understanding is dynamic, with this expected to be creative. He will produce a calm mind and the imagination, but if the study subjects truly understand the material presented by his teacher, then they will be ready to give definitive answers on partanyaan questions or problems in learning (Sardiman, 1996: 42 - 45).
In understanding the material, must concentrate fully on the material in a way to understand each sentence and digest the meaning of the sentence. It could also membanyangkan directly things that happen in the sentence after another, and should follow the flow of a material with the material carefully because if one just missed it on the next material will most likely be difficult to understand.
3. Recall (Repetition)
Repeating is an active effort to incorporate the information into long-term memory. This can be done by "binding" facts into visual memory, auditory, or physical. The brain has many memory devices. More and more devices (senses) are involved, the better a new information is recorded. To recall not only to knowledge of the facts, but also remember going to a broad concept, which has been distributed generalizations, definitions, methods of approaching the problem. Recall, aims to enable students to have the opportunity to establish or reconstitute imformasi they have received (Jamarah, 2005: 108).
People who do not repeat when learning new information is continually put off. It makes learning difficult because there will be fewer words in the brain that can be used to link or associate the new information the next number.
Repeat this activity can be done after obtaining such material, it can be done on time after school, recess, and at a time when other leisure-time. In this activity can be repeated by re-reading in accordance with the material that has been granted, and summarized it with his own language that is easily understood. Thus indirectly to read once they have learned to memorize the material.
4. Digest (Review)
The success of a teaching process measured the extent to which students can master the subject matter presented teachers. Contents or subject matter is a second component in the learning system. In certain contexts, the subject matter is central to the learning process. That is, the common learning process is defined as the process of delivering the material. This can be justified manakalah main goal of learning is the mastery of learning materials (centere subject teaching). To be able to master the subject matter students are not only based on one book, because basically there are a variety of sources that can be used as a source for acquiring knowledge.
Sanjaya (2006: 173-174) suggests that some of the learning resources that can be utilized in the process of learning in the classroom include:
a. Human Resources
Tools and teaching materials such as books, magazines, newspapers, and other printed material, slide film, photographs, drawings, and others.
b. Various Activities and Events
The definition of activity is any deliberate act designed to facilitate teacher learning activities such as student discussions, demonstrations, simulations, perform experiments and others.
c. Environment (Setting)
Environment is everything that can enable students to learn, such as schools, libraries, parks, laboratories, canteens and other school
5. Expand (Development)
Expand means to development. With development, it will be more aware about things that relate to the material being studied. There are 3 pieces of the questions can be asked to scrutinize the material that is:
1. Had I met the author of such material, questions or criticism of what I want to ask?
2. How can I apply the material into the things I enjoy?
3. How can I make this information interesting and easily understood by students / other students?
6. Review (Learn Return)
Review the course material already learned. A process of learning will take place effectively if the information learned can be remembered properly and avoid forgetting. Remembering is the process of receiving, storing and issuing back information that was received through observation, then stored in the cente
Murder is a learning lesson adapted from Bob Nelson's book "The Complete Problem Solver" which is a combination of several words which include:
1. Mood (Mood)
Mood is the English term that means mood. In learning a positive mood can create a spirit of learning so that learning concentration can be achieved as much as possible and be able to absorb what has been learned. Therefore, if the mood does not support, then all concentration will be interrupted with thoughts that are not essential for difikirkan. Create a positive mood when we learn a science.
The learning process is a process that can develop the full potential of students. All the potential it might just be able to develop manakalah students free of fear and tension. Emotional intelligence is related to our outlook on life, our ability to have fun, alone and with others, and overall sense of satisfaction and disappointment we feel. Hamzah (2006: 82) states that the general mood also has two scales, as follows:
1. Optimism, the ability to maintain a positive attitude is realistic, especially in the face of difficult times. In broad terms, the optimism is the ability to see the meaning of life and maintain a positive attitude, even though we are in trouble. Optimism assumes the existence of hope in the way people cope with life.
1. Happiness, namely the ability to appreciate life, love yourself and others, and for the vibrant and passionate in conducting any activity.
Therefore needs to be pursued so that the learning process is an enjoyable process that can be done, first, the arrange the room is neat and attractive, namely that meet the elements of health, second, through the management of the living and varied by using a pattern and learning models, media and relevant learning resources.
2. Understand (Comprehension)
According to Indonesian dictionary published by the Ministry of Education and Culture, an understanding is true understanding or knowing right. Understanding can be interpreted also mastered certain thoughts, it means learning to understand the mental and philosophical meaning, intent and implications and its applications, causing students to understand a situation. It is very important for students to learn. Understanding the meaning, the meaning of it, is the ultimate goal of any teaching. Have a fundamental understanding of the meaning of that put parts of the study in proportion. Without it, the skills knowledge and attitudes would not be meaningful.
In the learning element of understanding that can not be separated from other elements. With motivation, concentration and reaction, then the students can develop the facts, ideas or skills and then with elements of the organization, then the subject can learn to organize these things are linked together into a logical pattern, because studying a number of data as it is, in a graduated or gradually, students begin to understand the meaning and implications of problems as a whole.
Keep in mind that an understanding not only know but also requires that students be able to utilize materials that have been studied and understood, when it's so then it is a fundamental study. Higher understanding of the level of knowledge. Understanding requires the ability to capture the meaning of the concept.
Then it must be stressed that the understanding is dynamic, with this expected to be creative. He will produce a calm mind and the imagination, but if the study subjects truly understand the material presented by his teacher, then they will be ready to give definitive answers on partanyaan questions or problems in learning (Sardiman, 1996: 42 - 45).
In understanding the material, must concentrate fully on the material in a way to understand each sentence and digest the meaning of the sentence. It could also membanyangkan directly things that happen in the sentence after another, and should follow the flow of a material with the material carefully because if one just missed it on the next material will most likely be difficult to understand.
3. Recall (Repetition)
Repeating is an active effort to incorporate the information into long-term memory. This can be done by "binding" facts into visual memory, auditory, or physical. The brain has many memory devices. More and more devices (senses) are involved, the better a new information is recorded. To recall not only to knowledge of the facts, but also remember going to a broad concept, which has been distributed generalizations, definitions, methods of approaching the problem. Recall, aims to enable students to have the opportunity to establish or reconstitute imformasi they have received (Jamarah, 2005: 108).
People who do not repeat when learning new information is continually put off. It makes learning difficult because there will be fewer words in the brain that can be used to link or associate the new information the next number.
Repeat this activity can be done after obtaining such material, it can be done on time after school, recess, and at a time when other leisure-time. In this activity can be repeated by re-reading in accordance with the material that has been granted, and summarized it with his own language that is easily understood. Thus indirectly to read once they have learned to memorize the material.
4. Digest (Review)
The success of a teaching process measured the extent to which students can master the subject matter presented teachers. Contents or subject matter is a second component in the learning system. In certain contexts, the subject matter is central to the learning process. That is, the common learning process is defined as the process of delivering the material. This can be justified manakalah main goal of learning is the mastery of learning materials (centere subject teaching). To be able to master the subject matter students are not only based on one book, because basically there are a variety of sources that can be used as a source for acquiring knowledge.
Sanjaya (2006: 173-174) suggests that some of the learning resources that can be utilized in the process of learning in the classroom include:
a. Human Resources
Tools and teaching materials such as books, magazines, newspapers, and other printed material, slide film, photographs, drawings, and others.
b. Various Activities and Events
The definition of activity is any deliberate act designed to facilitate teacher learning activities such as student discussions, demonstrations, simulations, perform experiments and others.
c. Environment (Setting)
Environment is everything that can enable students to learn, such as schools, libraries, parks, laboratories, canteens and other school
5. Expand (Development)
Expand means to development. With development, it will be more aware about things that relate to the material being studied. There are 3 pieces of the questions can be asked to scrutinize the material that is:
1. Had I met the author of such material, questions or criticism of what I want to ask?
2. How can I apply the material into the things I enjoy?
3. How can I make this information interesting and easily understood by students / other students?
6. Review (Learn Return)
Review the course material already learned. A process of learning will take place effectively if the information learned can be remembered properly and avoid forgetting. Remembering is the process of receiving, storing and issuing back information that was received through observation, then stored in the cente
Langganan:
Postingan (Atom)